Minggu, 21 November 2010

Team Olimpiade Astrofisika Indonesia


Visi

Juara Umum Olimpiade Astronomi dan Astrofisika Dunia

Misi

Melahirkan Ilmuwan-ilmuwan bidang Astronomi dan Astrofisika kaliber Dunia

Motto

Indonesia Bisa




Program

Pendidikan, Pembinaan, Pelatihan, Beasiswa dan Alumni

Pusat Pengembangan Kompetisi

Olimpiade Astronomi dan Astrofisika Indonesia


2010 di China


BEIJING - Tim Indonesia berhasil memperoleh tiga medali perak dan dua perunggu di ajang Olimpiade Internasional Astronomi dan Astrofisika ke-4 (4th International Olympiad on Astronomy and Astrophysics/IOAA) tingkat pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang digelar di Beijing, Republik Rakyat China, 12-21 September 2010. Tim nasional Indonesia bersaing dengan 24 tim lainnya dari 22 negara untuk uji teori, pengamatan, praktik pengolahan data, dan kompetisi tim.

Perolehan medali perak tim Indonesia tersebut di antaranya diraih oleh Raymond Djajalaksana dari SMA IPEKA Sunter, Jakarta, Anas Maulidi Utama, SMA Negeri 5 Surabaya, Jawa Timur, serta Hans Triar Sutanto, SMAK 2 Petra Surabaya, Jawa Timur. Sementara itu, medali perunggu diraih oleh Ahmad Raditya Cahya dari SMA Negri 1 Yogyakarta dan Widya Ageng Setyo Tetuko, SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah.

Kepala seksi Bakat dan Prestasi Siswa SMA Kemendiknas RI Suharlan kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (22/9/2010), mengungkapkan, dalam IOAA kali ini, tim Indonesia berada pada ranking ke-13 dari total 24 tim dari 22 negara. Sedangkan juara umum diraih oleh India dengan perolehan tiga emas dan dua perunggu. Salah seorang siswa dari India memperoleh Best Theory, sedangkan Best Practical dan Absolute Winner diraih oleh siswa dari Polandia.

Dr Suryadi Siregar, pimpinan tim Indonesia, menambahkan, bahwa penilaian untuk kategori team competition diambil dari kecepatan tim dalam merakit sebuah teleskop. "Tapi tidak hanya cepat, tapi teleskop juga harus terpasang dengan baik dan seimbang kedudukannya," ujar Suryadi.

Suryadi mengatakan, untuk kategori team competition dimenangkan oleh tim Thailand, sementara tim Indonesia meraih posisi kedua, dan Iran posisi ketiga. Menurutnya, perolehan nilai antar-peserta bersaing amat ketat.

"Di sini diperlukan tugas seorang team leader, karena selain ikut menganalisa soal-soal yang akan diujikan, posisinya juga harus bisa menerjemahkan soal ke dalam bahasa Indonesia, memeriksa hasil pekerjaan siswa Indonesia dan yang juga tidak kalah penting berdebat dengan juri memperjuangkan penilaian yang fair bagi siswa Indonesia," tambahnya.

Adapun evaluasi umum dari hasil tim Indonesia pada ajang IOAA ke-4 ini dikatakan lebih baik dari IOAA ke-3 di Iran. Para siswa telah dibekali oleh tim pelatih dari Program Studi Astronomi, FMIPA, ITB selama sekitar 4 bulan. Beberapa kekurangan seperti aspek psikologis siswa ketika mengukti tes, ketelitian dan beberapa materi yang perlu diperdalam akan menjadi bahan evaluasi tim pelatih, agar di tahun-tahun berikutnya tim Indonesia dapat meraih hasil yang lebih baik.

"Memang tim India mempersiapkan siswanya dengan baik pada kategori Kompetisi Teori yang diakui oleh team leader India, tapi pada Kompetisi Analisa Data dan Observasi tim Indonesia dan India setara," lanjut Suryadi.

Di ajang ini, para peserta selain berkompetisi juga mengikuti kegiatan ceramah ilmiah dari Prof Richard de Grijs dari Peking University dan seorang profesor dari National Astronomy Observatory of China (NAOC) yang menjelaskan tentang proyek-proyek besar astronomi yang didanai oleh negara China. Para peserta juga dihibur dengan mengikuti tur ke Great Wall dan Forbidden City.

Sumber:
http://edukasi.kompas.com/read/2010/09/22/22143626/Indonesia.Raih.3.Perak.dan.2.Perunggu




2009: Iran





Pada tanggal 16-26 Oktober 2009 di Tehran, telah selenggarakan the 3rd International Astronomy and Astrophysics (IOAA) tingkat pelajar SMU yang diikuti oleh 20 negara peserta termasuk Indonesia. Keikutsertaan Indonesia dalam IOAA tahun ini merupakan yang ketiga kalinya di mana sebelumnya di Chiang Mai tahun 2007 dan Bandung pada 2008.

Tim Indonesia terdiri dari lima orang pelajar SMU asal Medan, Pasuruan, Jogjakarta dan Surabaya beserta dua orang pendamping dari Institut Teknologi Bandung dan Observatorium Boscha yaitu Dr. Hakim L. Malasan dan Dr. Mochamad Irfan. Turut hadir dalam IOAA 2009, Dr. Chatief Koendjaja selaku Sekjen IOAA.

Peserta Indonesia Anas M. Utama, meraih medali perunggu sementara keempat peserta lainnya mendapatkan Honorable Mention atas nama Stevanus Kristianto Nugroho, Veena Salim, Dyah A. Hutaminingtyas dan Alfiah R. D. Putri.

Dalam event tahun ini perolehan medali emas didominasi peserta asal Iran, India dan Rumania; medali perak oleh Iran, Brazil dan China; sedangkan perunggu oleh Belarus India, dan Thailand. Sedangkan untuk tim yang menempati posisi pertama adalah tim A Iran dengan tiga medali emas dan dua perak, diikuti oleh tim India dengan dua emas, dua perak dan satu perunggu.

KBRI Tehran pada tanggal 27 Oktober 2009 juga mengundang seluruh tim Indonesia berikut Dr. Chatief Koenjadja, Sekretaris Jenderal IOAA, dalam acara makan siang di kantor KBRI Tehran. Diharapkan tim Indonesia akan terus meningkat prestasinya dalam event berikut yang direncanakan dilakukan di China bulan Agustus 2010.

2008 Indonesia



BANDUNG, itb.ac.id - Perhelatan akbar Olimpiade Internasional Astronomi dan Astrofisika (IOAA2) hasil kerjasama ITB, Depdiknas dan Pemprov Jawa Barat yang berlangsung sejak 19 Agustus lalu, Rabu (27/8) secara resmi ditutup oleh Dirjen Mandikdasmen Suyanto, mewakili Mendiknas Bambang Sudibyo yang berhalangan.

Kontingen India, meraih 2 emas, 2 perak, 1 perunggu, tampil sebagai Juara Umum (the best team), unggul atas 22 kontingen negara lain. Negeri Bolywood ini berhak atas predikat Juara Umum setelah salah satu pelajarnya, Nitin Jatin, berhasil menyandingkan gelar Absolut Winner (peraih total skor tertinggi) dan The Best Practical atas nama dirinya. Kategori The Best Theory diraih oleh Sayed Sadradini dari Iran.

Sepuluh pelajar Indonesia, tergabung dalam tim A dan tim B, secara total meraih 4 medali emas, 3 medali perak, 2 medali perunggu, dan 1 honorable mention. Medali emas Indonesia disumbangkan oleh Ridlo Wahyudi Wibowo, Lorenz da Silva, Ady Suwardi, dan Amar Kusuma.

Meskipun lebih banyak meraih emas, Indonesia tidak dinyatakan sebagai juara karena kriteria penilaian tim terbaik bukan didasarkan atas jumlah medali yang berhasil direbut suatu negara, melainkan dari 3 orang peraih nilai teori dan praktek tertinggi dari masing-masing tim. Tim A dan tim B asal Indonesia yang diketuai oleh Suryadi Siregar masing-masing menyumbang 2 medali emas.

Hasil ini lebih baik dibanding perolehan medali tahun lalu. Desember 2007, pada ajang yang sama yang berlangsung di Chiang Mai, Thailand, Tim Indonesia meraih 1 medali emas, 2 perak dan 1 perunggu.

Olimpiade Internasional Astronomi dan Astrofisika ini tidak hanya diisi dengan rangkaian perlombaan, tapi juga pameran dan kuliah umum. Salah satu kuliah umum, dibawakan oleh Prof. Ron Eckers, mantan presiden International Astronomical Union.

Selain disambut langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, para peserta lomba berkesempatan untuk mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah, Kebun Raya Cibodas, Lembang dan beberapa tempat wisata lain.

2007 Thailand

INDONESIA

Leaders

  1. Dr. Chatief Kunjaya
  2. Dr. Taufiq Hidayat

Observers

Dr. Suhardja D. Wiramihardja

Students

  1. Muhammad Iqbal Bakti Utama
  2. Lorenz Van Gugelberg Da Silva
  3. Rizky Rahmayanti
  4. Janu Kusuma
  5. Sulistiyowati

Tidak ada komentar: